Tuesday 31 May 2011

Penuntut Ilmu Tidak Boleh Futur, Tidak Boleh Putus Asa Dan Waspada Terhadap Bosan, Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas



Seorang penuntut ilmu tdk boleh futur dalam usahanya utk memperoleh & mengamalkan ilmu. Futur yaitu rasa malas, enggan, & lamban dimana sebelumnya ia rajin, bersungguh-sungguh, & penuh semangat.
Futur adalah satu penyakit yg sering menyerang sebagian ahli ibadah, para da’i, & penuntut ilmu. Sehingga seseorang menjadi lemah & malas, bahkan terkadang berhenti sama sekali dari melakukan aktivitas kebaikan.
Orang yg terkena penyakit futur ini berada pd tiga golongan, yaitu:


1). Golongan yg berhenti sama sekali dari aktivitasnya dg sebab futur, & golongan ini banyak sekali.
2). Golongan yg terus dalam kemalasan & patah semangat, namun tdk sampai berhenti sama sekali dari aktivitasnya, & golongan ini lebih banyak lagi.
3). Golongan yg kembali pd keadaan semula, & golongan ini sangat sedikit.


Futur memiliki banyak & bermacam-macam sebab. Apabila seorang muslim selamat dari sebagiannya, maka sedikit sekali kemungkinan selamat dari yg lainnya. Sebab-sebab ini sebagiannya ada yg bersifat umum & ada yg bersifat khusus.


Di antara sebab-sebab itu adalah.


1). Hilangnya keikhlasan.
2). Lemahnya ilmu syar’i.
3). Ketergantungan hati kepada dunia & melupakan akhirat.
4). Fitnah (cobaan) berupa isteri & anak.
5). Hidup di tengah masyarakat yg rusak.
6). Berteman dg orang-orang yg memiliki keinginan yg lemah & cita-cita duniawi.
7). Melakukan dosa & maksiyat serta memakan yg haram.
8). Tidak mempunyai tujuan yg jelas (baik dalam menuntut ilmu maupun berdakwah).
9). Lemahnya iman.
10). Menyendiri (tidak mau berjama’ah).
11). Lemahnya pendidikan.


Futur adalah penyakit yg sangat ganas, namun tidaklah Allah menurunkan penyakit melainkan Dia pun menurunkan obatnya. Akan mengetahuinya orang-orang yg mau mengetahuinya, & tdk akan mengetahuinya orang-orang yg enggan mengetahuinya.


Di antara obat penyakit futur adalah.
1). Memperbaharui keimanan. Yaitu dg mentauhidkan Allah & memohon kepada-Nya agar ditambah keimanan, serta memperbanyak ibadah, menjaga shalat wajib yg lima waktu dg berjama’ah, mengerjakan shalat-shalat sunnah rawatib, melakukan shalat Tahajjud & Witir. Begitu juga dg bersedekah, silaturahmi, birrul walidain, & selainnya dari amal-amal ketaatan.
2). Merasa selalu diawasi Allah Ta’ala & banyak berdzikir kepada-Nya.
3). Ikhlas & takwa.
4). Mensucikan hati (dari kotoran syirik, bid’ah & maksiyat).
5). Menuntut ilmu, tekun menghadiri pelajaran, majelis taklim, muhadharah ilmiyyah, & daurah-daurah syar’iyyah.
6). Mengatur waktu & mengintrospeksi diri.
7). Mencari teman yg baik (shalih).
8). Memperbanyak mengingat kematian & takut terhadap suul khatimah (akhir kehidupan yg jelek).
9). Sabar & belajar utk sabar.
10). Berdo’a & memohon pertologan Allah.



PENUNTUT ILMU TIDAK BOLEH PUTUS ASA DALAM MENUNTUT ILMU DAN WASPADA TERHADAP BOSAN


Sebab, bosan adalah penyakit yg mematikan, membunuh cita-cita seseorang sebesar sifat bosan yg ada pd dirinya. Setiap kali orang itu menyerah terhadap kebosanan, maka ilmunya akan semakin berkurang. Terkadang sebagian kita berkata dg tingkah lakunya, bahkan dg lisannya, “Saya telah pergi ke banyak majelis ilmu, namun saya tdk bisa mengambil manfaat kecuali sedikit. ”


Ingatlah wahai saudaraku, kehadiran Anda dalam majelis ilmu cukup membuat Anda mendapatkan pahala. Bagaimana jika Anda mengumpulkan antara pahala & manfaat? Oleh karena itu, janganlah putus asa. Ketahuilah, ada beberapa orang yg jika saya ceritakan kisah mereka, maka Anda akan terheran-heran. Di antaranya, pengarang kitab Dzail Thabaqaat al-Hanabilah. Ketika menulis biografi, ia menyebutkan banyak cerita unik beberapa orang ketika mereka menuntut ilmu.


‘Abdurrahman bin an-Nafis -salah seorang ulama madzhab Hanbali- dulunya adalah seorang penyanyi. Ia mempunyai suara yg bagus, lalu ia bertaubat dari kemunkaran ini. Ia pun menuntut ilmu & ia menghafal kitab al-Haraqi, salah satu kitab madzhab Hanbali yg terkenal. Lihatlah bagaimana keadaannya semula. Ketika ia jujur dalam taubatnya, apa yg ia dapatkan?
Demikian pula dg ‘Abdullah bin Abil Hasan al-Jubba’i. Dahulunya ia seorang Nashrani. Kelurganya juga Nashrani bahkan ayahnya pendeta orang-orang Nashrani sangat mengagungkan mereka. Akhirnya ia masuk Islam, menghafal Al-Qur-an & menuntut ilmu. Sebagian orang yg sempat melihatnya berkata, “Ia mempunyai pengaruh & kemuliaan di kota Baghdad. ”


Demikian juga dg Nashiruddin Ahmad bin ‘Abdis Salam. Dahulu ia adalah seorang penyamun (perampok). Ia menceritakan tentang kisah taubatnya dirinya: Suatu hari ketika tengah menghadang orang yg lewat, ia duduk di bawah pohon kurma / di bawah pagar kurma. Lalu melihat burung berpindah dari pohon kurma dg teratur. Ia merasa heran lalu memanjat ke salah satu pohon kurma itu. Ia melihat ular yg sudah buta & burung tersebut melemparkan makanan untuknya. Ia merasa heran dg apa yg dilihat, lalu ia pun taubat dari dosanya. Kemudian ia menuntut ilmu & banyak mendengar dari para ulama. Banyak juga dari mereka yg mendengar pelajarannya.


Inilah sosok-sosok yg dahulunya adalah seorang penyamun, penyanyi & ada pula yg Nashrani. Walau demikian, mereka menjadi pemuka ulama, sosok mereka diacungi jempol & amal mereka disebut-sebut setelah mereka meninggal.


Jangan putus asa, berusahalah dg sungguh-sungguh, mohonlah pertolongan kepada Allah & jangan lemah. Walaupun Anda pd hari ini belum mendapatkan ilmu, maka curahkanlah terus usahamu di hari kedua, ketiga, keempat,. . . . setahun, dua tahun, & seterusnya. . .
Seorang penuntut ilmu tdk boleh terburu-buru dalam meraih ilmu syar’i. Menuntut ilmu syar’i tdk bisa kilat / dikursuskan dalam waktu singkat. Harus diingat, bahwa perjalanan dalam menuntut ilmu adalah panjang & lama, oleh karena itu wajib sabar & selalu memohon pertolongan kepada Allah agar tetap istiqamah dalam kebenaran.


(Disalin dari buku Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga “Panduan Menuntut Ilmu”, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, PO BOX 264 – Bogor 16001 Jawa Barat – Indonesia, Cetakan Pertama Rabi’uts Tsani 1428H/April 2007M)
___ Foot Notes
. Lihat al-Futur Mazhaahiruhu wa Asbaabuhu wal ‘Ilaaj (hal. 22).
. Lihat al-Futur Mazhaahiruhu wa Asbaabuhu wal ‘Ilaaj (hal. 43-71).
. Ibid (hal. 88-119) dg diringkas.
. Ma’aalim fii Thariiq Thalabil ‘Ilmi (hal. 278-279
Penulis: Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas & diterbitkan oleh almanhaj. or. id

0 pandangan:

Sobre o Blog

Entri Popular

Labels

Followers

Subscribe to our feed


ShoutMix chat widget

Ghurabaa'

Hiduplah kita seperti pengembara, yang singgah di dunia sebelum berehat di akhirat