Monday 31 January 2011
ANWAR DAN SANG BURUNG KECIL


Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu. (QS. al-Mulk, 67:19)

Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang diangkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman. (QS. an-Nahl, 16:79)

Ketika Anwar sedang berjalan pulang dari sekolah, hujan mulai turun sangat lebat. Setelah makan malam, sebelum memulai pekerjaan rumahnya, dia bertanya kepada ibunya apakah dia boleh melihat hujan dulu sebentar. Ibu bilang bahwa Anwar boleh melihatnya sebentar saja. Anwar melihat ke jendela dan mulai memperhatikan hujan yang turun di luar. Ada orang berjalan di jalanan dengan memakai payung, dan yang tidak mempunyai payung merapatkan diri mereka ke bangunan. Tak lama kemudian, gumpalan hujan mulai terbentuk di mana-mana. Mobil yang lewat memuncratkan air ke sisi jalan dan orang berlarian dari pemberhentian agar tidak kebasahan. Anwar berpikir betapa menyenangkannya berada di dalam rumah dan dia harus lebih bersyukur kepada Allah Yang telah memberinya makanan dan rumah yang hangat untuk tinggal. Pada saat itu juga, seekor burung jelatik hinggap di bingkai jendela. Anwar berpikir bahwa burung malang itu pasti sedang mencari tempat berteduh dari hujan, dan dia segera membuka jendela.
   “Hai, namaku Anwar,” katanya. “Kamu boleh masuk kalau kamu mau.”
“Terima kasih, Anwar,” kata sang burung kecil. “Aku ingin menunggu di dalam sampai hujan reda.”
“Kamu pasti kedinginan di luar sana,” Anwar ikut merasakan “Aku belum pernah melihat burung sedekat ini sebelumnya. Lihat betapa tipisnya kakimu! Bagaimana kakimu dapat menahan badanmu hingga tegak?”
“Kamu benar, Anwar,” sang jelatik setuju. “Kami burung memiliki kaki yang tipis dibanding tubuh kami. Namun, biarpun demikian, kaki-kaki tersebut mampu menahan tubuh kami dengan sangat mudah. Ada banyak otot, pembuluh darah dan syaraf didalamnya. Bila kaki kami lebih tipis atau lebih tebal lagi, akan sulit bagi kami untuk terbang.”
   “Terbang pasti rasanya sangat menakjubkan,”  pikir Anwar. “sayapmu terlalu tipis, juga, namun kalian masih dapat terbang dengannya. Jadi, bagaimana kamu dapat terbang sedemikian jauhnya tanpa merasa lelah?”
“Saat pertama kali kami terbang, kami menggunakan banyak sekali tenaga karena kami harus mendukung berat badan kami pada sayap kami yang tipis,” mulai sang jelatik. “Namun begitu kami di udara, kami menjadi santai dengan mebiarkan tubuh kami terbawa angin. Jadi, karena kami menghabiskan lebih sedikit tenaga dengan cara ini, kami tidak menjadi lelah. Saat angin berhenti bertiup, kami mulai mengepakkan sayap kami lagi. Karena kelebihan yang telah Allah ciptakan untuk kami, kami dapat terbang dalam jarak yang sangat jauh.”

   Anwar kemudian bertanya, “Bagaimana kamu dapat melihat sekelilingmu saat sedang terbang?”
Sang jelatik menjelaskan: “Organ indera terbaik kami adalah mata kami. Selain memberikan kemampuan untuk terbang, Allah juga memberikan kami indera penglihatan yang sangat hebat. Jika kami tidak memiliki indera penglihatan bersamaan dengan kemampuan ajaib kami untuk bisa terbang, hal itu sangatlah berbahaya bagi kami. Kami dapat melihat benda yang sangat jauh dengan lebih jelas daripada manusia, dan kami memiliki jangkauan penglihatan yang luas. jadi begitu kami melihat bahaya di depan, kami dapat menyesuaikan arah dan kecepatan terbang kami. Kami tidak dapat memutar mata kami seperti manusia karena mata kami diletakkan pada pencengkramnya. namun kami dapat menggerakkan kepala kami berputar dengan cepat untuk memperluas wilayah penglihatan kami.”
   Anwar mengerti: “Jadi, itulah mengapa burung selalu menggerakkan kepala mereka: untuk melihat ke sekeliling mereka. Apakah semua mata burung seperti itu?”
“Burung hantu dan burung-burung malam hari lainnya memiliki mata yang sangat lebar,” sang jelatik melanjutkan. “Berkat sel khusus dalam mata mereka, mereka dapat melihat dalam keremangan. Karenanya, burung hantu dapat melihat dengan sangat baik untuk berburu di malam hari. Ada juga jenis burung yang disebut burung air; Allah menciptakan mereka agar mereka dapt melihat dengan sangat baik di dalam air. Mereka mencelupkan kepala mereka ke dalam air dan menangkap serangga atau ikan. Allah menciptakan kemampuan ini dalam burung-burung ini agar mereka dapat melihat dengan jelas di dalam air dan menangkap mangsa mereka.”
“Tidak semua paruh burung sama, nampaknya. Mengapa demikian?” Anwar bertanya.
   “Allah menciptakan berbagai jenis paruh yang berbeda untuk burung yang berbeda untuk melakukan pekerjaan yang berbeda,” demikian jawabannya. “Paruh kamu sesuai dengan sempurna terhadap lingkungan di mana kami tinggal. Ulat dan cacing sangat lezat bagi kami para burung pemangsa serangga. dengan paruh kami yang tipis dan tajam, kami dapat dengan mudah mengambil ulat dan cacing dari bawah daun pohon. Burung pemakan ikan biasanya memiliki paruh yang panjang dengan bentuk seperti sendok pada ujungnya untuk menangkap ikan dengan mudah. Dan burung yang makan dari tumbuhan memiliki paruh yang membuat mereka dapat makan dengan mudah dari jenis tumbuhan yang mereka sukai. Allah telah menyediakan dengan sempurna untuk setiap makhluk di Bumi dengan memberikannya kemampuan yang dia butuhkan.”
   Anwar punya pertanyaan lain untuk sang jelatik: “Kamu tidak mempunyai telinga seperti yang aku punya, namun kamu masih dapat mendengarkan aku dengan sangat baik. Bagaimana bisa?”
“Indera pendengaran sangatlah penting bagi kami para burung. Kami menggunakannya untuk berburu dan saling memperingatkan akan adanya kemungkinan bahaya sehingga kami dapat melindungi diri kami. Sebagian burung memiliki gendang pendengaran yang membuat mereka mampu mendengar suara yang paling kecil. Pendengaran burung hantu sangat peka akan suara. Burung Hantu dapat mendengar tingkat suara yang tidak dapat didengar manusia,” sang jelatik memberitahukannya.
Anwar kemudian bertanya: “Kalian para burung berkicau dengan sangat merdu. Aku senang mendengarkan kalian. Untuk apa kalian menggunakan suara kalian?”

Sang burung mengangguk: “Sebagian dari kami memiliki kicauan yang berbeda untuk mengusir musuh kami. Terkadang kami membuat sarang kami di dalam lubang pada batang pohon, dan ketika musuh mencoba masuk, kami mendesis layaknya ular. Penyusup tersebut berpikir bahwa ada ular di dalam sarang itu, sehingga kami dapat melindungi sarang kami.”
“Apa lagi yang kalian lakukan untuk melindungi sarang kalian dari musuh?” Anwar ingin tahu.
“Kami membangun banyak sarang tipuan untuk menyesatkan musuh kami,” kata sang burung. “Dengan cara ini kami membuat para penyusup tersesat dan melindungi sarang dan telur kami yang telah kami sembunyikan di daerah tersebut. Untuk melindungi sarang kami dari ular berbisa, kami menutupi jalan masuk dan membuatnya sangat berliku-liku. Kewaspadaan lainnya adalah membangun sarang pada pohon yang cabangnya berduri.”
“Bagaimanakah sebagian burung dapat berenang dalam air? dan mengapa tidak semua burung dapat berenang?” Anwar bertanya pada temannya.
Sang jelatik menjawab: “Allah telah menciptakan sebagian dari kami dengan kemampuan untuk berenang. Dia telah memberikan mereka kaki berselaput jala agar mereka mampu berenang saat masuk ke dalam air. Sebagian lain dari kami memiliki jari tipis tanpa jala. jadi, selain burung air, burung tak dapat berenang.”
“Sama seperti sepatu renang!” Anwar berseru. “Saat aku berenang dengan memakai sepatu renang, aku dapat berenang dengan jauh lebih cepat.”
“Ada beberapa burung yang telah memiliki sepatu renang ini sejak lahir,” kata sang burung.
Saat Anwar dan sang burung sedang berbincang-bincang, ibunya menyuruh Anwar untuk masuk ke kamarnya dan mengerjakan pekerjaan rumahnya. Pada saat bersamaan, hujan pun telah reda.
Anwar berkata pada temannya: “Sekarang aku harus masuk ke kamarku dan mengerjakan pekerjaan rumahku. Besok aku akan bercerita kepada teman-temanku tentang kemampuan istimewamu, dan bagaimana Allah telah menciptakan kamu dan makhluk lainnya melalui karya seni kreatif yang sedemikian sempurna.”
“Hujan telah reda, jadi aku dapat kembali ke sarangku,” jawab sang jelatik. “Terima kasih telah membawa aku masuk, Anwar. Saat kau menceritakan temanmu tentang kami, Bisakah kamu sampaikan juga kepada mereka untuk peduli kepada kami dan jangan melemparkan batu kepada kami atau kepada makhluk lainnya?”
“Ya, tentu saja aku akan menyampaikannya kepada mereka,” Anwar setuju. “Semoga Allah melindungimu.”
Anwar membuka jendela dan sang burung segera terbang, melayang menembus udara. Anwar memikirkan kesempurnaan dalam ciptaan Allah dan duduk mengerjakan pekerjaan rumahnya.

'diambil dari buku Harun Yahya : Cerita Untuk Anak Cerdas 1'
Friday 28 January 2011




"Apabila mendengar azan bangun serta-merta walau dalam keadaan bagaimana sekali pun," kata asy-Syahid Imam Hasan al-Banna lewat wasiatnya yang pertama.

Di dalam 10 wasiat asy-Syahid Imam Hasan al-Banna, beliau mengingatkan ikhwan berhubung solat. Solat terletak di tempat yang pertama, mengatasi segala yang lain.

Hal ini sesuai sekali dengan kisah bagaimana pendirian baginda Rasulullah s.a.w tentang solat. Solat adalah antara ucapan terakhir yang kerap disebut oleh baginda menjelang hari terakhir kewafatannya.

"Apabila mendengar azan bangunlah serta-merta walau bagaimana keadaan sekalipun," demikian pesan al-Banna. Kenapa sang mujaddid ini meletakkan ungkapan sebegitu?

Solat adalah benteng yang mengeluarkan manusia daripada garis-garis kesesatan. Dalam solat itu, terkandung kewajipan membaca surah al-Fatihah dan dalam surah itu kita telah diwajibkan untuk membaca doa ihdina as-Siratal Mustaqim.

"Berilah kami petunjuk ke arah jalan yang diluruskan," itulah doa teragung yang wujud di dalam surah tersebut. Maka, jika manusia tidak menunaikan solat, mereka akan terhalang daripada rahmat Tuhan dan terdedah kepada jalan-jalan kesesatan.

Iblis akan menipu manusia melalui bisikan kata-kata bahawa kedudukan mereka itu telah tinggi dan mencapai kedudukan tertentu. Lalu, mereka tidak perlu lagi menunaikan solat. Helah ini berguna untuk memusnahkan jiwa manusia.

Dengan sikap enggan menunaikan solat itu tadi, manusia akan semakin mudah disesatkan kerana lidah mereka terasa asing daripada menyebut doa, "Berilah kami petunjuk ke arah jalan yang diluruskan."

Solat inilah satu-satunya amalan yang perlu dilakukan setiap hari bertujuan agar manusia itu sentiasa terjalin hubungannya dengan Tuhan setiap masa.

Ada amalan yang dibuat setahun sekali seperti berpuasa di bulan Ramadhan, menunaikan zakat dan menunaikan fardhu haji sekurang-kurangnya sekali seumur hidup.


Dunia tidak sunyi daripada solat
Dengan peredaran matahari dan bulan, dunia kita ini tidak pernah sunyi daripada laungan azan yang menyeru manusia agar bingkas menunaikan solat.

Ertinya, dunia ini akan sentiasa bergema dengan kalimah Tauhid. Dengan sebab itu, siapa yang bersolat, maka dia telah menegakkan Islam di dalam dirinya dan negaranya.
Sabda Rasulullah s.a.w, "Solat itu tiang agama. Sesiapa yang menunaikan solat, maka dia menegakkan tiang agama. Dan sesiapa yang yang tidak menunaikan solat bererti dia telah meruntuhkan agamanya."

Dengan menunaikan solat, jiwa terasa tenang, hati terasa lapang. Hati terang, tenang serta jiwa yang lapang inilah yang menumbuhkan kekuatan jiwa dalam diri seseorang Muslim itu untuk terus hidup dalam keimanan dan ketaqwaan. Sebaik-baiknya solat itu perlu segera ditunaikan pada awal waktu, pada ketika mendengar azan. Menurut Hasan al-Banna, solat itu hendaklah diusahakan semampu yang terdaya. Ini membuktikan kesungguhan kita.

Hasan al-Banna mengaitkan azan dengan solat dalam wasiatnya yang pertama ini. Di situ ada sumber kejayaan. Di situ ada sumber pertolongan. Di situlah akar taufik. Perhatikan juga, banyak perintah dalam al-Quran dimulakan dengan menyebut solat di awalnya.

Perhatikan bagaimana Tuhan mensyariatkan solat. Solat juga di medan perang. Walaupun pada saat genting, darurat dan kecemasan.

Wallahu'alam.

Monday 24 January 2011
situasi 1:
  ali : abu,jom p solat zohor berjamaah kat mesjid,besh tau
  abu : ala,buat ape buat baik mude2 ni.time mude ni la kite enjoy,da tue nanti kite tobat la.hahaha.enjoy la bro.


Situasi 2 :
  makcik minah : tengok kat paper ni,keshian budak ni,mude lagi da maninggal


Situasi 3 :
  pakcik anip : adoi,bile da tue macam ni,nak sujud pun sakit.berdiri pun xleh lame2..


Old Man Walking with a Cane


       Hidup,semua orang hidup..menikmati hidup dibumi..pada mulanya semua tahu kemana matlamatnya,tapi,apabila diberi gambaran indahnya dunia,semua terleka,mengejar hidup yang entah kemana akhirnya.Mereka tahu yang mereka akan mati, dan mereka juga tahu yang kematian bisa kapan2 saja,tapi prevalensinya lebih pada usia tua..sehingga mereka beranggapan bahwa ibadah bisa ditangguh2,sehingga sampai waktu yang sesuai.


       Ada orang cakap,hidup ni macam xde arah tujuan..aku hidup,bermula dari kecil,tidak mengetahui apa-apa, sama seperti manusia lainnya. Kemudian aku membesar, semakin banyak nak dicapai, sibuk mengejar apa yang diimpikan, dan setelah semua tercapai, ternyata usiaku sudah meningkat,  sedangkan apa yang dicapai seperti hanya suatu kelelahan yang tidak berguna, kemudian aku mati..dan aku berpendapat semua orang begitu, hidup – mengejar cita2 – mati. Seolah tidak ada suatu yang bisa aku dapatkan didunia ini.

     Kita menjalani hidup yang sama, dalam dimensi waktu yang sama, dalam jumlah jam per hari yang sama, dan pengakhiran kita juga sama,yaitu sebuah kematian. Mau tak mau, paksa atau rela,KEMATIAN adalah sebuah KEPASTIAN. Namun,beda mukmin dan yang lain, kita percaya akan ada sebuah kehidupan yang abadi, sebagai balasan dari kesungguhan hidup kita disini. Bagaimana kehidupan disana, adalah bagaimana kita berkehidupan di sini, elok disini, maka elok juga disana, rosak disini,maka rosak disana.

     Kita beranggapan hidup masih panjang,walhal sunnatullah telah menunjukkan mati tak selalu di usia tua. Kenapa harus kita sia-siakan usia, sedang kita tahu hakikat kematian kapan saja. Kenapa harus kita sesali hari tua kerana amal yang sedikit, sedang kita tahu usia muda adalah sebuah anugerah yang terindah. Kenapa harus kita tangisi waktu sakit, sedang waktu sihat kita biarkan begitu sahaja.

         Jika aku tahu yang hidupku cuma sebentar, pasti tidak akan aku lewati tanpa ada ibadah didalamnya. Namun,hakikatnya tidak begitu,kita tak pernah diberitahu jangka hayat hidup kita, adalah menjadi suatu kewajipan kita untuk sentiasa merasakan kematian semakin mendekat, dan kemudaan semakin menjauh. Kenapa masih kita lakukan maksiat? Kenapa kita masih tetap lumurkan diri dengan dosa? Apakah kerana kita merasakan yang kita tak akan pernah mati?

    Beribadahlah dengan sesungguhnya seolah hidup kita cuma disini, sampai saat ini, dan tak akan pernah ada orang yang bisa men`topup` ibadah kita andai kita mati kelak. Bertaubatlah dengan sebanyaknya selagi mana matahari belum terbit dari arah barat. Menginsaflah selagi punya waktu untuk menginsafi..orang kafir dibiarkan ALLAH berada dalam nikmat yang berkepanjangan, hatinya sudah mati, jiwa mereka sudah tidak peka pada dosa, kerana DIA sudah tidak mencintai mereka..tetapi kita, ALLAH masih menginginkan kita, mencintai kita, maka teman, rasakanlah getaran keinsafan ini, pekakan jiwa kita dengan kemaksiatan, agar kita bisa cepat2 menjauh.

     ‘Pada hari ketika mereka melihat hari Kiamat itu (karena suasananya hebat), mereka merasa seakan-akan hanya (sebentar saja) tinggal (di dunia) pada waktu sore atau pagi hari’ - an-nazi`at ; 46 - 

    
Wednesday 12 January 2011
Para Pecundang selalu menunggu Bukti dan Para Pemenang Selalu Menjadi Bukti
  • Jangan menunggu bahagia baru tersenyum.tapi tersenyumlah, maka kamu kian bahagia
  • Jangan menunggu kaya baru bersedekah.tapi bersedekahlah, maka kamu semakin kaya
  •  
  • Jangan menunggu termotivasi baru bergerak.tapi bergeraklah, maka kamu akan termotivasi
  •  
  • Jangan menunggu dipedulikan orang baru kamu peduli,tapi pedulilahdengan orang lain! maka kamu akan dipedulikan...
  •  
  • Jangan menunggu orang memahami kamu baru kita memahami dia,tapi pahamilah orang itu, maka orang itu paham dengan kamu
  •  
  • Jangan menunggu terinspirasi baru menulis.tapi menulislah, maka inspirasi akan hadir dalam tulisanmu
  •  
  • Jangan menunggu proyek baru bekerja.tapi berkerjalah, maka proyek akan menunggumu
  •  
  • Jangan menunggu dicintai baru mencintai.tapi belajarlah mencintai, maka kamu akan dicintai
  •  
  • Jangan menunggu banyak uang baru hidup tenang,tapi hiduplah dengan tenang, Insya Allah bukan sekadar uang yang datang,
  •  
  • Jangan menunggu contoh baru bergerak mengikuti.tapi bergeraklah, maka kamu akan menjadi contoh yang diikuti
  •  
  • Jangan menunggu sukses baru bersyukur.tapi bersyukurlah, maka bertambah kesuksesanmu
  •  
  • Jangan menunggu bisa baru melakukan,tapi lakukanlah! Kamu pasti bisa!

Para Pecundang selalu menunggu Bukti dan Para Pemenang Selalu Menjadi Bukti

Seribu kata mutiara akan dikalahkan Satu Aksi Nyata!

WAIT LESS DO MORE...! 

Note ini copy paste dari http://sehatsinergis.blogspot.c/*m/. Judul asilnya "Para Pecundang selalu menunggu Bukti dan Para Pemenang Selalu Menjadi Bukti", didapat dari ustad Darlis di Ta'lim rutin kosan A3.
*Semoga termotivasi, terinspirasi, dan memberikan manfaat
Tuesday 11 January 2011
'Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, tidak akan meminta izin kepadamu untuk (tidak turut) berjihad dengan harta benda dan jiwa mereka. Dan (ingatlah) Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang bertaqwa. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhirat, dan yang hati mereka (sangat) ragu-ragu. Oleh itu mereka sentiasa bingung teragak-agak dalam keraguannya'-atTaubah : 44-45

Sobre o Blog

Entri Popular

Labels

Followers

Subscribe to our feed


ShoutMix chat widget

Ghurabaa'

Hiduplah kita seperti pengembara, yang singgah di dunia sebelum berehat di akhirat